Resensi buku novel : Lady Midnight —novel yang pertama kali ku beli


Novel Lady Midnight karya Cassandra Clare

Judul novel : Lady Midnight
Penulis : Cassandra Clare
Penerbit : Fantasious (PT. Sembilan Cahaya Abadi)
Tebal buku : 636 halaman

Aku menyesal maupun senang saat membeli novel pertamaku. Yah, gimana tidak menyesal. Pertama, novel ini berupa after-sequel dari series utamanya The Mortal Instrument yang juga ditulis oleh Cassandra Clare. Menurutku pribadi yaa.... bagusnya baca dari awal biar ngerti ceritanya (minimal baca main series-nya). Tapi, it's okay kok. Novel juga sama seperti film, bakal ada orientasi (pengenalan) pada awal bagian ceritanya supaya tidak memiliki penyesalan untuk beli series main sequelnya terlebih dahulu.

Once upon a time

Awal cerita

Beberapa hari setelah kejadian melihat temenku yang tiba-tiba baca novel (kisahnya baca disini ya hehe), jadi kepincut juga untuk baca novel. Tapi bingung mau baca apa. Beberapa hari sebelum kejadian si temenku ini yang doyan baca manga di hp jadi doyan baca novel, aku dan kekasihku sudah menonton film Fantastic Beasts & Where to Find Them : Crimes of Grinderwald. Ya, kisah itu jauh sebelum Harry Potter lahir. Tapi aku tidak akan bahas lebih tentang film itu (mungkin dilain artikel).

Aku dan kekasihku sama-sama suka Harry Potter, bedanya dia lebih agak tahu segalanya tentang Wizarding World (Semesta sinematik dan novel Harry Potter & Fantastic Beasts), sementara aku tidak. Dari situlah punya niatan dan bertekad "Mau baca novel Harry Potter".

Disana, aku entah kenapa langsung ke bagian novel (biasanya aku selalu ke bagian komik kalau ke Gramedia). Memang, pikiranku lagi pengen baca novel setelah buku komikku pada dibuang (baca disini biar tahu kisahnya huhuu *sad). Singkat cerita, disana aku langsung mengetahui ada novel Harry Potter (kalau tidak salah, novel kedua atau ketiganya. Karena tidak menemukan novel pertama). Seperti seorang yang tahu budget dikantong, aku melihat harganya. Mahal coy, lebih dari Rp 100.000an. Padahal itu novel lama (maksudnya sudah dirilis lama banget). Namun setelah berkeliling di bagian novel ada satu novel yang menyita perhatianku, yaitu Lady Midnight.

Karena aku ga berani foto disana, pokoknya ditumpukkan buku-buku novel yang ada Lady Midnight lagi diskon. Semua novel (baik yang tebal maupun agak tipis dari Lady Midnight) harganya cuma Rp 40.000. Iya, beneran Rp 40.000. Disitu banyak pilihan novel mulai dari romance sampai genre ala-ala Korea gitu deh hehe... Yang aku juga tidak tahu novel-novel itu semua. Nah, waktu itu bingung mau beli yang mana. Alhasil, keputusan finalku jatuh kepada Lady Midnight. Hal ini dikarenakan aku searching terlebih dahulu apa itu novel Lady Midnight. Ternyata, dia bagian dari cerita The Mortal Instrument yang semua karyanya ditulis oleh Cassandra Clare. Berhubung aku sudah pernah menonton filmnya yang berjudul The Mortal Instrument : City of Bones, jadi aku lebih memilih Lady Midnight dari kebanyakan novel yang berpromo Rp 40.000.

Desain belakang dan sinopsis buku novel Lady Midnight

Sinopsis :
Perdamaian seusai perang, seringnya tidak abadi. Setiap perang besar akan memicu perang-perang kecil lainnya. Selepas Perang Hitam dalam City of Heavenly Fire yang melibatkan hampir seluruh Shadowhunter dan penghuni Dunia Bawah dari berbagai penjuru dunia, kehidupan kembali normal. Setiap kelompok berusaha membuang jauh-jauh mimpi buruk tentang perang. Mereka hidup dalam naungan hukum baru yang disebut Perjanjian Damai.

Emma Carstairs dan Julian Blackthorn yang saat Perang Hitam masih tergolong anak-anak, tumbuh menjadi remaja-remaja tangguh dengan beban tanggung jawab dua kali lipat orang dewasa. Julian harus mengurus dan membesarkan empat orang adik-adiknya yang kehilangan orangtua akibat perang, ditambah lagi kewajiban untuk membantu menjalankan Institut Los Angeles. Rasa bertanggung jawab membuat Julian memilih untuk menyimpan banyak rahasia dalam hidupnya. Bahkan dari Emma, parabatai yang seharusnya jadi orang yang paling dekat dengan denyut jantungnya. Sementara Emma masih terobsesi mencari tahu pembunuh orangtuanya.

Hari-hari cerah khas Los Angeles tiba-tiba terasa muram ketika pembunuhan misterius terjadi di sekitaran Hollywood. Mereka dibunuh dengan cara yang ganjil, semua korbannya adalah warga Dunia Bawah. Awalnya, Julian dan Emma hanya sekilas saja mencermati berita itu, sampai ketika utusan kaum peri datang ke Institut. Membawa sesosok manusia setengah peri yang selama ini muncul dalam mimpi-mimpi Julian. Para Shadowhunter muda ini memutuskan untuk terlibat dalam penyelidikan dan beraksi diam-diam. Penyelidikan yang tidak hanya membuat Emma dan Julian masuk ke dalam pusaran masalah besar, tetapi juga jalinan perasaan antara keduanya yang lebih rumit lagi.

Impresi Awal

Lady Midnight karya Cassandra Clare

Lady Midnight karya Cassandra Clare

Seperti  kebanyakan novel yang mungkin bertema thriller, novel ini mempunyai cover gabungan dari warna hitam, putih, biru muda dan biru laut. Setelah segel plastik dibuka, aku bisa merasakan cover depan buku novel ini banyak sekali proses finishing yang membuat cover buku ini sangat bertekstur. Pada desain cover depan tersebut, terdapat gambar seperti ombak laut yang kalau diraba dengan tangan, permukaannya glossy. Lalu sisanya matte yang seperti ditaburi glitter pada permukaannya yang membuat seolah-olah tangan kita memegang garam yang dijadikan kertas, hehehe.... Mungkin kalian bisa melihat, seperti ada simbol Rune besar pada cover tersebut yaitu simbol Angelic Power. Simbol ini seperti di emboss (gambar atau tulisan yang seperti timbul atau seperti tenggelam dari permukaan kertas) dan diberi finishing lainnya bertekstur glossy. Cover buku novel ini —Lady Midnight, merupakan cover buku novel versi Indonesia. Kalau cover buku novel internasionalnya atau versi luar negerinya menggambarkan seorang wanita seperti tenggelam (wanita itu ternyata si Emma Carstairs guys hehe).

Cover buku novel Lady Midnight karya Cassandra Clare versi Internasional

Buku novel ini lumayan besar ukurannya, namun tidak berat. Panjang buku novel ini adalah 20.4 cm dan lebarnya 14 cm. Tebal buku ini (dalam ukuran cm) adalah 2.8 cm dengan semua total halaman mulai dari membuka buku sampai akhir buku ialah 644 halaman. Sementara dari segi cerita, total halaman buku ini adalah 636 halaman.

Ukuran panjang x lebar buku novel Lady Midnight

Ukuran tebal buku novel Lady Midnight

Secara garis besar, menurutku novel ini sangat tebal dan bagiku yang ibarat kata masih noob atau pemula dalam dunia novel begini, novel ini terlalu tebal. Mengingat karena tebal, butuh lebih dari seminggu aku baru bisa menyelesaikan cerita ini. Namun, karena ini novel pertamaku, aku sangat menikmati saat membacanya. Secara fisik, tampilan novel ini bagi orang lumayan memikat hati yang bisa membuat seseorang bertanya dalam hati "beli tidak ya novel ini?" Hehehe...

Harga Rp 40.000 sudah lumayan menurutku, aku mendapat kurang lebih bonus bookmark banyak banget (kalau tidak salah ada 5) dan sisanya hilang.. huuuu sedihhh.... Jadi, yang tersisa ada dua saja sekarang, wkwkwk....

Pembatas buku dari novel Lady Midnight

Lalu, dibeberapa bab terdapat desain yang sama seperti desain cover buku ini.

Desain sekat pada buku novel Lady Midnight

Desain sekat pada buku novel Lady Midnight

Bab atau chapter pada buku novel ini seperti ada judulnya, gitu.. yang menurutku judulnya sangat puitis dan sangat keren.

Read Experience

Sinopsis dari bukunya sudah jelas dapat mempresentasikan isi cerita buku novel ini, menurutku. Namun, sinopsis ala saya adalah :

Emma Carstairs yang penampilan perdananya ditampilkan di novel main series The Mortal Instrument : City of Heavenly Fire, menjadi tokoh utama di novel Lady Midnight ini bersama Julian Blackthorn. Mereka adalah parabatai (parabatai merupakan sepasang pejuang, baik laki-laki ataupun perempuan ataupun sesama laki-laki ataupun perempuan yang diikat dengan sumpah seumur hidup dan mati yang saling melindungi diluar ranah manusia. Artinya, parabatai bisa dijelaskan dengan bahasa manusia dengan mudah seperti 'pernikahan' sebagai pejuang namun artinya mereka melebihi dari kata 'pernikahan' itu sendiri yang melarang rasa cinta dan sayang baik secara emosional maupun fisik) yang konon katanya mengikrarkan janji pada novel City of Heavenly Fire (hipotesa dari hasil baca di beberapa forum. Kalau salah, silahkan tinggalkan komentar yah). Di dalam novel ini, mengisahkan petualangan Emma yang mencari balas dendam atas kematian orangtuanya pada saat Perang Hitam bersama Julian. Namun, ditengah jalan penyelidikan mereka, datang utusan dari kaum peri yang pernah menyakiti hati Julian. Utusan peri ini akan memberikan sebuah imbalan yang besar jika dapat mencari tahu siapa pembunuh orangtuanya Emma —yang juga melakukan sederet pembunuhan berantai di Los Angeles karena korbannya juga merupakan kaum peri.

Secara garis besar, novel mengisahkan kisah fantasi yang menghadirkan ras atau bangsa dari mitologi dan cerita dongeng barat seperti peri, vampir, warlock dan manusia serigala yang dibaurkan dengan kisah modern. Artinya, tidak sepenuhnya kolosal. Pada novel ini juga, menceritakan Julian yang merawat 4 adik-adiknya yang masih dibawah umur dan Julian sebagai kakak tunggal yang juga berperan seperti ayah dan ibu dari 4 anak. Artinya, kisah novel ini juga tidak jauh dari yang namanya hangatnya kekeluargaan. Karakter Julian digambarkan sangat penyayang dan peduli pada adik-adiknya walaupun terkadang Julian dalam hatinya merasa capek merawat mereka. Kisah Julian tentunya sangat memberi inspirasi bagi pembaca karena sifatnya tidak mudah mengeluhkan, kuat secara mental dan fisik juga merupakan seorang yang penyayang. Baik terhadap adik-adiknya maupun Emma.

Karakter yang tidak aku suka dinovel ini itu adalah Kieran (pacarnya salah satu kakaknya si *piiipsensor*) dan Arthur.

Karakter Emma digambarkan sebagai perempuan kuat dan tanpa ampun dalam berkelahi namun sangat peduli terhadap lingkungannya —terhadap adik Julian dan juga teman-temannya. Emma digambarkan sebagai wanita cantik yang kuat dan juga lincah. Emma juga sama seperti Julian, walaupun tidak mempunyai adik, dia sangat peduli dan menyayangi adik-adik Julian. Mereka merupakan karakter dan pasangan terfavorit aku dalam novel ini. Mereka adalah nephilim (manusia dengan setengah kekuatan malaikat Raziel) yang juga disebut Shadowhunter (pemburu bayangan). Kalau boleh dibilang, novel pertama yang aku beli ini benar-benar menceritakan seorang wanita yang lembut, cantik dan beringas pada saat yang bersamaan. And I really love her as fiction character.

Dalam novel ada banyak karakter seperti Cristina, Diego, Cameron, Diana, Livvy, Ty, Tavvy, Dru, Arthur, Malcolm dan Magnus. Cristina merupakan sahabat dari Emma, Diego adalah mantan pacar/pacar dari Cristina, Cameron adalah mantan pacarnya Emma, Diana adalah pembantu atau manager (tutor) di Institut Los Angeles, dan 4 adik Julian —Livvy, Ty, Tavvy dan Dru. Arthur adalah paman dari Julian, merupakan adik dari ayahnya Julian. Sedangkan Malcolm dan Magnus merupakan warlock, yaitu kaum penyihir dimana salah satu orangtuanya adalah iblis. Sembilan nama pertama di paragraf ini merupakan bangsa nephilim.

Secara garis besar, cerita ini penuh dengan elemen kekeluargaan (cinta dan kasih sayang keluarga), detective, action, drama, romance dan thriller. Thriller disini bukan berarti horor, akan tetapi lebih merujuk pada ketegangan yang bersifat karena aksi dalam kisah ini membuat pembaca lebih gregetan. Terutama, pada kisah Julian dan Emma saling melindungi untuk kakaknya Julian ini yang bikin aku berkata "Anjir, nih mereka nekad amat". Beberapa paragraf juga ada unsur humor dalam cerita novel ini walaupun komposisinya tidak besar tapi mampu membuat pembaca nyengir-nyengir sendiri hehe...

Musuh mereka atau tujuan mereka ialah mencari pembunuh misterius yang juga membunuh orangtuanya Emma di masa lampau. Tapi ternyata, masalah yang dihadapi Emma dan Julian bukan hanya tentang pembunuhan berantai yang terjadi di Los Angeles. Yaitu pada masalah hati antara Emma dan Julian yang sangat kompleks.

Mumpung aku abis baca ulang buku novel ini, aku berpikir harus membeli lanjutannya karena karakter Emma bikin aku tidak bisa move on ke novel lain (bercandaa)... Dan berpikir juga mau beli semua novel Cassandra Clare dari The Infernal Devices, The Mortal Instrument sampai The Dark Artifices. Rasanya tidak mau berhenti baca novelnya Cassandra Clare, hehe

Buku novel Lady Midnight (dan bookmark) karya Cassandra Clare

Pros

Secara cerita, aku seperti tertarik jauh dengan kisahnya seolah aku juga berada dalam cerita tersebut dan tentunya sebagai seorang laki-laki, aku suka adegan aksi yang membuat adrenalinku memuncak. Seperti yang sudah aku tulis di Read Experience, aku suka dengan kisah yang banyak hikmah yang ada elemen hangat keluarga. Mrs. Clare sangat cerdas memilih tone cerita yang naik turun, kelam menjadi terang, dingin menjadi hangat. Walaupun novel ini tebal, namun aku sangat menikmati ceritanya. Ada satu bab yang membuat aku suka banget sama novel ini yaitu bab 18 yang membuatku 'wow, ga nyangka', hehehe...

Bisa dibilang, novel ini hangat banget buat dibaca karena tone ceritanya tidak semuanya kelam.

Cassandra Clare sebagai penulis, juga menyisipkan beberapa kata yang menurutku puitis banget dan hal itu yang membuat aku nyaman baca novel ini (bikin mau beli seri yang City of Bones jadinya hahaha)

Cons

Kekurangan yang tidak aku suka dari novel ini yaitu :

1. Ada adegan LGBT (wajar sih, namanya juga budaya yang diambil sebagai latar yaitu USA yang dimana disana LGBT dibebaskan). Bagiku yang muslim (no sara), tidak terlalu suka sama beberapa adegan tersebut. Tapi semuanya masih batas wajar. Inilah kenapa aku tidak suka sama karakter Kieran.

2. Untuk cerita memang tidak bertele-tele, namun novel ini tebal banget jadi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca novel ini.

3. Menurut pendapatku, akan butuh waktu yang lama bagi kalian jika mau mengikuti kisah The Mortal Instrument sampai after-sequelnya ini —yang disebut The Dark Artifices. Namun, membaca Lady Midnight untuk pertama kali tidak disalahkan dalam konteks membaca series dari The Mortal Instrument karena akan ada orientasi yang cukup membuat kita sedikit tahu kisah utama dalam series utamanya. Walaupun demikian, sangat disarankan membaca dari series utamanya.

Kesimpulan

Walaupun demikian, novel ini menurutku salah satu karya Cassandra Clare yang aku punya dan pertama kali aku baca sebagai series dari The Mortal Instrument maupun sebagai novel pertama. Walaupun ada rasa penyesalan saat membelinya, tapi karakter Emma membuatku tidak menyesal dengan novel ini hehe... Soalnya dia digambarkan dengan cantik. Secara keseluruhan, novel ini sangat recommended untuk dibaca banget bagi kalian yang suka dengan kisah ala bangsa mistis barat seperti peri, warlock dan lain-lain. Tone novel ini juga hangat untuk dibaca dan sangat nyaman.

Untuk Holly. Dia Memang Elven

Penilaianku 9.5/10

Ada tips juga nih bagi kalian yang galau gimana sih cara ngikutin series The Mortal Instrument? Bisa klik disini yaah.

Terimakasih sudah membaca resensi buku novel Lady Midnight, semoga bisa memberikan manfaat untuk kalian.

Sumber gambar dan referensi

Dokumen pribadi

Fantasious (PT. Sembilan Cahaya Abadi)





Comments

Popular Posts