Resensi buku novel : Spora
Novel Spora karya Alkadri |
Judul Novel : Spora
Penulis : Alkadri
Penerbit : Moka Media
Tebal buku : 235 halaman
Ditengah-tengah ketakutan masyarakat terhadap virus covid-19, saya berharap bagi seluruh dunia ini dapat pulih kembali seperti semula.
Bukan sebagai rasa meremehkan situasi saat ini, kebetulan saya mempunyai satu novel horor yang mempunyai tema seperti virus yang sekarang tengah melanda dunia. Jauh sebelum covid-19 terkuak di awal tahun 2020, saya membeli novel berjudul Spora yang ditulis oleh Alkadri pada awal tahun 2019. Tersimpan agak lama di rak buku saya, ini adalah kedua kalinya saya membaca novel ini.
Novel Spora |
Walaupun mempunyai tema yang sama dengan kasus akhir-akhir ini melanda Bumi kita, bukan berarti saya menakut-nakuti anda semuanya. Anggap saja apa yang ada di novel ini adalah hiburan semata yang bersifat sci-fi. Dan kita sebagai manusia, tidak boleh menyerah berikhtiar kepada sang pencipta, jangan berhenti berdoa untuk diri sendiri dan keluarga serta lingkungan dalam kondisi Bumi yang seperti ini.
Kembali ke topik utama kita. Sekilas cerita saya mendapatkan buku ini pada saat ada promo cuci gudang di salah satu toko buku didaerah Margonda, Depok, Jawa Barat. Jangan heran jika saya selalu main kedaerah sana karena kampus saya kurang lebih ada sekitaran pusat Kota Depok.
Pada waktu itu, setelah pulang magang di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang grafika (percetakan), saya dan teman-teman saya tertarik untuk datang pada promo cuci gudang tersebut. Salah satu buku yang menarik perhatian saya adalah novel Spora ini yang ditulis oleh penulis lokal asal kota hujan Bogor, Alkadri. Selain harganya yang murah (cuma Rp. 10.000 saja hehe), saya belum punya satupun novel bertema horor. Berikut review ala TLAIT.
Blurb :
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang kurcaci.
Ia tinggal di sebuah gua di dalam gunung.
Gunung yang menjulang tinggi melampaui langit.
Tubuhnya kecil, rupanya buruk, dan perangainya pun kasar.
Namun, sang kurcaci memiliki sesuatu.
Sesuatu yang diinginkan oleh segenap manusia di kaki gunung.
Sinopsis :
Di suatu pagi, Alif menemukan sesosok mayat tergeletak di lapangan sekolahnya. Kepalanya pecah berkeping-keping. Sejak saat itulah, mimpi buruk Alif dimulai. Satu persatu orang di sekitar Alif jatuh menjadi korban, mati dalam kondisi mengenaskan tanpa diketahui penyebabnya. Polisi mulai melakukan penyelidikan dan mencurigai keterlibatan Alif. Bersamaan dengan itu, masa lalu Alif yang kelam datang untuk menghantuinya kembali.
Monster itu telah bangkit. Dan ia takkan berhenti membunuh hingga manusia terakhir mati.
Blurb dan sinopsis |
Impresi Awal
Spora, dari judulnya saja saya dapat sedikit menebak bahwa novel horor ini sedikit ada kaitannya dengan hal yang berbau biologis. Novel ini diterbitkan oleh Moka Media. Dari segi desain, novel ini mempunyai warna cover depan maupun belakang yang monochrome, alias hanya hitam dan putih. Cukup sedikit merefleksikan kesan kelam pada pandangan pertama saat melihat buku ini. Ketika mulai membaca blurb dan sinopsisnya di cover belakang, saya bertanya pada diri saya sendiri “Is it worth to read or not?“. Berhubung saya suka dengan tema sci-fi apalagi dibalut dengan kisah horor, ini membuat saya mempunyai novel bergenre horor pertama saya.
Desain cover depan |
Desain cover belakang |
Setelah membuka kemasan plastik buku ini, cover buku novel ini agak bertekstur seperti kertas linen atau buffalo kurang lebih 220 gsm dengan warna dasar putih. Pada cover depan, bagian teks menggunakan finishing emboss (teks mempunyai feel muncul dari permukaan kertas) dan pada bagian teks tersebut juga di finishing menggunakan glossy demi kesan mewah. Pada bagian cover depan, terdapat gambar manusia dengan pose seperti tersiksa dengan tumbuhnya hifa atau sesuatu yang seperti akar dari dalam tubuhnya.
Buku novel ini sangat compact, sangat enak dibawa kemana-mana dengan satu tangan. Ukuran buku novel ini mempunyai panjang 18.9 cm dan lebar 12.8 cm. Tebal buku novel ini adalah 1.5 cm dengan jumlah total halaman kurang lebih 244 halaman (235 halaman yang berisi cerita termasuk epilog) ditambah dengan lembar redaksi diawal buku dan iklan di bagian akhir isi novel. Tebal buku tersebut sudah dengan cover depan dan belakang buku. Novel ini hampir seukuran komik yang saya punyai.
Panjang x lebar buku novel Spora |
Perbandingan ukuran panjang x lebar buku komik Naruto dengan buku novel Spora |
Tebal buku novel Spora |
Desain pembatas bukunya pun unik, menurut saya desain seperti ini adalah desain upside-down yang dapat dilihat dari dua persepsi yang berbeda. Dari desain pembatas buku yang lumayan bikin bingung (atau saya boleh bilang ambigu), menurut saya novel ini memberi kesan misterius yang kental.
Desain pembatas buku novel Spora |
Read Experience
Seperti pada kebanyakan novel, bab atau chapter pada buku novel ini hanya berupa angka saja yaitu 1,2,3 dan seterusnya. Lalu ada beberapa ilustrasi yang saya anggap ilustrasi tersebut sangat berkesan horor pada bagian tertentu, biasanya pada akhir bab dan/atau diawal bab. Selain itu, pada bagian bab buku juga, terdapat gambar seperti pohon dengan ranting tanpa daun yang menambah kesan mengerikan pada buku novel ini.
Desain per bab |
Ilustrasi pada novel Spora |
Novel ini diawali dengan ucapan Terima kasih dari sang penulis. Lalu dilanjutkan oleh Prolog. Dari prolog tersebut, saya pribadi masih agak bingung dengan sederet hidden mysteries pada prolog.
Prolog dan desain pembatas buku |
Setelah prolog, ada beberapa cerita seperti blurb atau saya menyebutnya seperti slice of life yang menceritakan kisah kurcaci ala negeri dongeng. Hanya saja cerita misteri tentang kurcaci. Dan di akhir novel terdapat sebuah epilog.
Sang tokoh utama bernama Alif, seorang pelajar SMA kelas 3 yang bersekolah di daerah Bogor, Jawa Barat. Alkisah kehidupan Alif sebagai ABG yang biasa saja merupakan seorang siswa SMA yang cukup rajin, datang paling pagi ke sekolahnya karena jarak rumahnya yang cukup jauh. Sejak suatu pagi, kehidupannya berubah semenjak adanya kasus kematian misterius. Secara tidak sengaja, ia menemukan sesosok mayat yang tergeletak ditengah lapangan sekolahnya saat dirinya memasuki gerbang sekolahnya. Sesosok mayat itu adalah sang satpam sekolah yang dimana bagian kepala dari mayat itu sudah pecah berkeping-keping. Dari kasus inilah, misteri di sekolah Alif pun dimulai. Dalam memecahkan misteri dan menemani kehidupan Alif, ada beberapa tokoh pendukung lainnya yaitu Rina sebagai sahabatnya, Fiona sebagai teman OSIS sekaligus crush dari Alif, Ibu Alif, dan teman-teman lainnya seperti Roy dan Dono.
Dugaan sementara, kematian ini dikarenakan korban ditembak langsung dari jarak dekat menggunakan shotgun. Kasus ini juga menjadi ambigu ketika Alif menemukan cairan putih kental pada mayat yang dimana cairan itu bukanlah darah.
Cerita novel ini, cukup rapih penataannya mulai dari orientasi, event dan re-orientasi yang menurut saya sebagai cerita horor sci-fi pasti ada suatu sebab akibat dari rangkaian peristiwa. Terlebih, kasus kematian pada cerita ini sangat membingungkan pada orientasi dan event-nya. Pada saat masuk bagian re-orientasi pada menjelang akhir cerita, akan dijelaskan apa yang membuat kematian-kematian ini semakin menjadi-jadi. Semakin penasaran? Silakan beli bukunya yah hehehe…
Hal yang saya suka dari novel ini adalah kisahnya yang relateable dengan kehidupan anak SMA yang dimana pada umur-umur sekian, banyak terjadi kegiatan sebagai pelajar SMA yang pada umumnya. Hal yang paling saya suka lagi adalah kisah slice of life yang menceritakan kurcaci yang menurut saya sangat apik. Kisah kurcaci yang seperti berlatar ditanah Eropa dengan kisah kolosalnya, lalu dipadupadankan dengan kehidupan anak SMA. Hal terakhir yang paling saya suka adalah penjelasan tentang penyebab utama kasus kematian yang terjadi di sekolah Alif tersebut yang tentunya, it is very sci-fi from biology. Hal tersebut yang menurut saya walaupun bukan pemerhati kisah horor sejati, sangat berbeda dari kebanyakan novel horor yang mempunyai kisah kental dengan hantu. Justru, nuansa novel ini dipadukan sekaligus dengan kisah kolosal slice of life kurcaci dan sci-fi biology.
Dibalik sesuatu yang saya suka dari novel ini, tentunya ada beberapa hal yang saya tidak suka. Seperti :
1.Tokoh utama kurang bisa digambarkan secara tegas. Menurut saya, sang tokoh utama si Alif ini tidak bisa menggambarkan diri sebagai laki-laki karena sifatnya yang agak lola (loading lama/lambat), selalu kalah cepat gerakannya dari seorang perempuan. Menurut saya, terlalu lenjeh (seperti orang yang lemas atau lemah) sebagai sosok laki-laki yang saya pribadi tidak habis pikir dengan kelakuannya yang seolah-olah dia merupakan pelaku pasif dari suatu kejadian.
2.Ada beberapa bagian yang kurang to the point pada beberapa cerita.
3.Kekurangan yang mungkin bukan untuk saya, tetapi kepada calon pembaca novel ini adalah cerita ini lumayan gore (ada penjelasan tentang kematian dengan kepala yang pecah dll).
Kesimpulan
Dari novel promo cuci gudang ini, menurut saya novel ini sangat recommended bagi pecinta novel horor yang sama sekali tidak ada unsur mistis, alih-alih sci-fi. Ketegangan saat membaca novel ini tentunya sangat terasa dengan deretan kisah yang dapat membuat tidur malam para pembaca bermimpi buruk. Apalagi elemen thrilling, sci-fi, drama dan slice of life yang seimbang menurut saya sangat cukup sebagai novel horor non mistis yang berbeda dari yang lain. Sebuah karya yang menurut saya berbeda dari penulis novel horor lainnya yang bertema hantu atau mistis yang mampu menggebrak novel bertema horor di Indonesia.
Quote dari pembatas buku novel Spora |
Terima kasih sudah membaca artikel tentang review novel spora, semoga novel ini menjadi salah satu pelarian pecinta novel horor yang bertema sci-fi. Sampai Jumpa.
Reposted by theloreanditstome.blogspot.com from theloreanditstome.wordpress.com in 2nd May 2020
Referensi dan sumber gambar
Dokumen pribadi
Moka Media
Comments
Post a Comment